Minggu, 03 April 2011

Riset Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
 Dalam era modern seperti sekarang ini tuntutan profesionalisme semakin menguat, demikian juga terhadap keperawatan dengan kondisi klien dan keluarga yang semakin kritis terhadap upaya pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.
Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan kesehatan dan sebagai mitra dokter (bukan sebagai pembantu dokter) sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal dengan didukung dengan ilmu pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan.
Perawat sebagai seorang anggota tim kesehatan, dalam memberikan askep (asuhan keperawatan) terhadap klien haruslah dapat memberikan informasi tentang klien yang dirawatnya secara akurat dan komplit dan dalam waktu dan cara yang memungkinkan. Seorang klien tergantung pada pemberi perawatan untuk mengkomunikasikan kepada yang lainnya untuk memastikan mutu terbaik dari perawatan, sesuai dengan ilmu keperawatan yang dimilikinya.
Pada perkembangannya, ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain mengingat ilmu ini merupakan ilmu terapan yang selalu berubah menurut tuntutan zaman. Sebagai ilmu yang mulai berkembang, ilmu ini banyak mendapatkan tekanan dari luar dan dalam.
Sebagai contoh, tekanan dari luar yang berpengaruh pada perkembangan ilmu keperawatan adalah adanya tuntuan kebutuhan masyarakat dan industri kesehatan dan tekanan dari dalam yaitu masalah keperawatan yang secara terus menerus ada dan selalu memerlukan jawaban.
Akhir-akhir ini ilmu ini menunjukkan perkembangannya dengan terbentuknya pola pembagian kelompok, yang terdiri dari:
  1. Ilmu keperawatan dasar
    1. Konsep dasar keperawatan
    2. Keperawatan profesional
    3. Komunikasi keperawatan
    4. Kepemimpinan dan manajemen keperawatan
    5. Kebutuhan dasar manusia
    6. Pendidikan keperawatan
    7. Pengantar riset keperawatan
    8. Dokumentasi keperawatan
  2. Ilmu keperawatan klinik
    1. Keperawatan anak
    2. Keperawatan maternitas
    3. Keperawatan medikal bedah
    4. Keperawatan jiwa
    5. Keperawatan gawat darurat
  3. Ilmu keperawatan komunitas
    1. Keperawatan komunitas
    2. Keperawatan keluarga
    3. Keperawatan gerontik
  4. Ilmu penunjang
    1. Imu humaniora
    2. Ilmu alam dasar
    3. Ilmu perilaku
    4. Ilmu sosial
    5. Ilmu biomedik
    6. Ilmu kesehatan masyarakat
Untuk mencapai tingkat perkembangan yang diinginkan oleh komunitas profesional, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghasilkan masalah baru dalam keperawatan melalui proses berkelanjutan. Dalam proses berkembangnya, ilmu keperawatan dituntut adanya riset dan pengembangan sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian, selain itu dilihat juga adanya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan, adanya pusat penapis dan adaptasi teknologi keperawatan serta adanya pengembangan model pemberian asuhan keperawatan.
Untuk menjadi ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan, sangat diperlukan berbagai persyaratan antara lain prosedur ilmiah atau kegiatan ilmiahnya diakui oleh para ilmuwan lainnya, metode ilmiahnya dapat dipergunakan oleh ilmuwan lainnya dalam bidang ilmu yang sejenis, pendidikan formal yang ditempuh diakui secara akademis, memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak akan mengklaim hasil temuan orang lain dianggap miliknya, dan harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tentu saja, ilmu keperawatan adalah impian sejak kecil bagi banyak orang. Apabila Anda memutuskan untuk mengubahnya menjadi karir, Anda dapat memperkirakan untuk menemui orang-orang yang berada dalam masa yang paling sulit atau malah paling menyenangkan dalam hidup mereka. Jelaslah, ilmu ini adalah karir yang serba bisa dan sangat bermanfaat.
B.RUMUSAN MASALAH
  Mengacu pada latar belakang yang telah diajukan diatas ,maka rumusan masalah adalah bagaimana riset dan perkembangan keperawatan.
C.TUJUAN
   Pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat teratasi.Untuk mencapai kebutuhan secara umum,dalam proses keperawatan terdapat beberapa tujuan khusus sesuai dengan tahapan dari proses keperawatan,diantaranya:pertama,dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan;kedua,dapat menentukan diagnosis keperawatan yang ada pada manusia setelah dilakukan identifikasi;ketiga,dapat menentukan rencana tindakan  yang akan dilakukan setelah diagnosis ditegakkan;keempat,dapat melaksanakan tindakan keperawatan setelah direncanakan;kelima,dapat mengetahui perkembangan pasien dari berbagai tindakan yg telah dilakukan,untuk menentukan tingkat keberhasilan.serta menggunakan keahlian demi kebutuhan khusus klien,pelayanan yang diberikan pada kliennya didasarkan pada kebutuhan yang objektif,mempunyai pertimbangan otoritas dalam segala tindakannya serta mengetahui apa yang lebih baik untuk klien dari pada klien sendiri, adanya perkumpulan profesi,standar pendidikan,adanya izin atau ujian masuk dalam jenjang karier atau profesi,serta adanya batasan dalam profesi,mempunyai status dan kekuatan dalam bidang keahlainnya dan pengetahuan yang telah dianggap khusus dan dalam pelayanan tidak dipebolehkan mengadakan advertensi atau mencari klien.Pada tahun 1979 Flaherty MJ menyatakan karakteristik suatu profesi sesungguhnya adalah adanya pendidikan khusus,kode etik,pengusaan keahlian/keterampilan,keanggotaan dalm organisasi profesi serta adanya pertanggungjawaban untuk tindakan,sedangkan tahun 1985 Miller menyatakan cirri suatu profesi adalah adanya badan pengetahuan yang diperoleh di Universitas serta orientasi pada ilmu pengetahuan,kompetensi dengan landasan teoritik yang jelas,keterampilan dan kompetensi merupakan batasan dari keahliannya .Menurut Shortridge tahun 1985 suatu ciri profesi yang utama adalah adanya kode etik yang berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan standar,tanggungjawab tugas ,berorientasi pada pelayanan dan berdasarkan ilmu pengetahuan serta mempunyai otonomi dalam kewenangan dan tanggungjawab dalam bidang keprofesian.













BAB II
LANDASAN MATERI
Dasar-Dasar Riset Keperawatan
 Ilmu keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki body of knowledge yang khas sehingga akan selalu berkembang. Perkembangan ilmu keperawatan menjadi tanggungjawab semua stakeholder keperawatan, diantaranya adalah para professional keperawatan, pendidik keperawatan, dan mahasiswa keperawatan. Salah satu bagian penting dalam proses pengembangan ilmu keperawatan adalah dengan adanya riset keperawatan.
Secara garis besar, riset keperawatan adalah suatu proses yang dilakukan dengan metode tertentu untuk menemukan, menganalisa, memecahkan, dan mendokumentasikan masalah keperawatan. Ada 2 nilai strategis mengapa riset keperawatan itu penting bagi ilmu keperawatan, yaitu:
Pertama, riset keperawatan akan memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu keperawatan;
Kedua, riset keperawatan jika dikelola dengan prinsip proaktif, profesional, dan proporsional akan memberikan keuntungan dalam bentuk pertambahan nilai (revenue generating) bagi ilmu keperawatan.
Riset keperawatan merupakan salah satu bentuk karya ilmiah, sehingga untuk dapat menguasainya, pemahaman tentang dasar-dasar pembuatan karya ilmiah sangat diharuskan. Di dalam karya ilmiah, ada 3 aspek filosofis yang harus dipahami, yaitu:
Pertama, aspek ontologis. Aspek ini meliputi objek yang akan dibicarakan dalam suatu karya ilmiah, atau dengan kata lain aspek ontologis adalah objek kajian yang biasanya berupa tema atau masalah yang akan dibahas. Sebuah kerangka pemikiran latar belakang yang jelas, logis, runtut, dan alur pemikiran yang konsisten sangat diperlukan supaya objek kajian yang akan dibahas mudah dipahami;
Kedua, aspek epistemologis. Aspek ini terkait dengan metode pemecahan masalah, baik secara teoritis maupun secara empiris sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara rasional empiris.
Ketiga, aspek aksiologis. Aspek ini berkaitan dengan kontribusi atau nilai pemecahan masalah yang ditemukan dalam judul atau tema kajian. Umumnya, aspek aksiologis tidak tidak harus dimunculkan dalam bab tersendiri, namun biasanya dapat ditemukan dalam tujuan penelitian dan manfaat penelitian, yang terdiri dari nilai pengembangan akademis, kebijakan, dan pelaksanaan teknis.
Untuk membedakan riset keperawatan dengan karya ilmiah yang lain, perlu diketahui jenis-jenis karya ilmiah. Ada 2 jenis karya ilmiah, yaitu:
Pertama, karya ilmiah yang dipublikasikan. Publikasi ini umumnya dilakukan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah atau melalui media seperti buku, jurnal, monografi, prosiding. Karya ilmiah yang dipublikasikan diantaranya adalah artikel ilmiah, makalah, jurnal, poster hasil penelitian, dan buku.
Kedua, karya ilmiah yang tidak dipublikasikan. Tidak dipublikasikan artinya hanya dapat ditemukan dalam kalangan-kalangan tertentu, misalnya hanya didokumentasikan di perpustakaan. Karya ilmiah jenis ini seperti penelitian baik oleh dosen atau mahasiswa, laporan kegiatan mahasiswa, atau tugas akhir mahasiswa.
Kita bisa melakukan riset keperawatan dengan baik jika memiliki 2 hal, yaitu:
Pertama, penguasaan terhadap pokok-pokok metode riset keperawatan;
Kedua, pemahaman terhadap alur penelitian.
Kedua hal diatas dapat kita miliki dengan cara belajar dan berbagi dengan siapapun.



I


PENTINGNYA RISET KEPERAWATAN

Pada masa lalu, keperawatan dilakukan berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah. Pandangan ini telah menempatkan keperawatan hanya sebagai pelengkap atau bagian dari disiplin kesehatan lain dengan ketidakpastian tentang keperawatan sebagai suatu disiplin yang unik. Sementara sebagai profesi, keperawatan harus memiliki ilmu dan kiat yang dipersyaratkan untuk dapat secara otonom mengendalikan mutu pendidikan dan praktik keperawatan.
            Riset keperawatan merupakan salah satu komponen berkembangnya disiplin keperawatan. Karena riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan atau memvalidasi teori yang sangat dibutuhkan sebagai landasan dalam praktik keperawatan, serta perkembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (body of knowledge). Mutu pelayanan dan asuhan keperawatan sangat tergantung pada upaya kegiatan riset keperawatan yang selalu berinteraksi dengan pengembangan teori dan ilmu pengetahuan keperawatan yang diterapkan dalam praktik keperawatan.
            Riset keperawatan adalah suatu upaya yang sistematis, terkendali dan empiris dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penyelesaian masalah. Riset keperawatan didefinisikan sebagai proses ilmiah yang memvalidasi pengetahuan yang ada dan menghasilkan pengetahuan baru yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi praktik keperawatan (Burns & Grove, 1995).
            Dengan demikian, tujuan utama riset keperawatan adalah untuk mengemgangkan pengetahuan ilmiah yang mennjadi landasan praktik keperawatan, karena keperawatan bertanggung gugat kepada masyarakat terhadap mutu asuhan dan mencari cara terbaik untuk meningkatkan mutu asuhan tersebut. Landasan riset yang mantap akan memberikan fakta (evidence) tentang tindakan keperawatan yang efektif dalam meningkatkan hasil asuhan pada pasien. Riset keperawatan yang merupakan penelitian terapan sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang selanjutnya dapat meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
            Riset keperawatan juga sangat berguna untuk mengevaluasi mutu layanan dan asuhan keperawatan, khususnya dalam suatu program pengendalian/peningkatan mutu yang menjamin mutu pelayanan/asuhan. Buku ajar ini akan diawali dengan uraian singkat tentang hubungan antara riset, praktik dan teori; tahapan riset keperawatan secara ringkas dan dilanjutkan dengan menguraikan secara terinci mengenai tahap penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan hingga interpretasi hasil dan penulisan laporan termasuk naskah publikasi. Mengingat cukup luasnya pokok bahasan riset keperawatan, maka buku ajar ini akan ditulis dalam beberapa volume. Dalam volume pertama pembahasan dibatasi pada kajian tentang alasan pentingnya melakukan riset keperawatan, hubungan antara riset, praktik dan teori; tahapan awal riset keperawatan yaitu rumusan masalah dan maksud penelitian, tinjauan kepustakaan/literatur yang relevan, menyusun kerangka kerja teori/konsep penelitian serta merumuskan tujuan, pertanyaan dan hipotesa penelitian.


II


KETERKAITAN ANTARA RISET KAPERAWATAN DENGAN DUNIA KEPERAWATAN

Riset keperawatan tidak dapat dilepasakan dari elemen keperawatan lain secara menyeluruh. Konsep-konsep yang terkait dengan riset keperawatan digambarkan dalam satu rentang dari dunia empirik yang konkrit sampai filosofi keperawatan yang bersifat sangat abstrak, dan sebaliknya.
           
 















Gambar 2-1. Keterkaitan riset keperawatan dengan dunia keperawatan (sumber Burns & Grove, 1993)

Pada gambar terlihat komponen keperawatan dalam rentang yang meliputi pemikiran dari konkrit hingga abstrak atau sebaliknya, dunia empirik (praktik keperawatan), uji realitas (riset), proses berfikir abstrak, ilmu, teori, pengetahuan dan fisolofi. Pemikiran tentang keperawatan berkembang sepanjang rentang dari konkrit keabstrak yang menunjukkan bahwa pemikiran tentang keperawatan dapat berkembang baik dari konkrit keabstrak maupun dari abstrak ke konkrit. Pemikiran yang konkrit (concrete thinking) berorientasi pada sesuatu yang dapat disentuh atau peristiwa yang dapat diamati dan dialami dalam kehidupan nyata. Jadi fokus pemikiran konkrit adalah kejadian langsung yang dibatasi oleh waktu dan ruang. Penyelesaian masalah dianggap sesuatu yang penting hanya jika dapat memberikan pengaruh secara langsung.
            Pemikiran abstrak menurut Burns & Grove (1993) berorientasi pada pengembangan ide tanpa penerapan atau hubungan dengan hal tertentu, tetapi cenderung mencari arti, pola, hubungan dan implikasi yang bersifat filosofis. Tiga proses berpikir yang penting adalah introspeksi, intuisi dan pembenaran. Proses berpikir ini digunakan dalam praktik keperawatan, mengembangkan danmengevaluasi teori, mengkritik dan menggunakan teemuan ilmiah, merencanakan dan mengimplementasikan penelitian dan membangun ilmu pengetahuan (body of knowledge). 
            Berbeda dengan pemikiran konkrit, pemikiran abstrak tidak dibatasi oleh waktu dan ruang, dalam kata lain bebas waktu dan ruang. Seringkali pemikir abstrak disebut pemimpi dan dianggap pemikirannya tidak menyelesaikan masalah secara langsung, tetapi sebenarnya pemikiran mereka sangat diperlukan untuk mengembangkan teori dan penelitian. Riset keperawatan membuthkan kedua keterampilan tersebut, pemikiran abstrak diperlukan untuk mengidentifikasi masalah yang layak diteliti, merancang penelitian dan mengintrepretasikan temuan, sedangkan pemikiran konkrit diperlukan untuk merencanakan dan mengimplementasikan langkah-langkah pengumpulan data dan analisis data.
            Ilmu dan teori adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan konsep yang tergantung dan terkait dengan proses berpikir abstrak. Ilmu adalah tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) yang terdiri dari temuan penelitian dan teori yang telah diuji untuk suatu disiplin. Jadi, ilmu terdiri dari suatu proses (metode ilmiah) dan produk (kumpulan/tubuh ilmu pengetahuan). Ilmu keperawatan secara bertahap berkembang melalui metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan teori adalah suatu cara untuk menjelaskan beberapa elemen dari dunia empirik. Teori dikembangkan dan diuji melalui penelitian dan setelah diuji, berkembang menjadi bagian dari ilmu. Bagian yang paling abstrak adalah filosofi yang berfungsi memberikan arti bagi dunia keperawatan dan struktur yang memungkinkan terjadinya suatu proses berpikir, mengetahui dan melakukan. Filosofi keperawatan, antara lain perspektif holistik dan pentingnya kualitas hidup sangat berpengaruh dalam penelitian yang dilakukan dan pengetahuan yang dikembangkan pada suatu disiplin.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian keperawatan tidak dapat dipisahkan dari komponen keperawatan lainnya tetapi saling mempengaruhi sehingga memungkinkan berkenbangnya ilmu pengetahuan keperawatan. Untuk lebih jelasnya pada bagian berikut ini akan diuraikan tentang hubungan antara teori, praktik dan riset keperawatan.



III
HUBUNGAN TEORI, PRAKTIK DAN RISET KEPERAWATAN
Sebagaimana yang telah di jelaskan terdahulu, teori merupakan serangkaian pernyataan teruji yang menguraikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengendalikan fenomena tertentu (meleis, 1985;  dan Walker & Avant, 1995). Fenomena adalah kejadian yang ditemui atau diamati dalam praktik keperawatan. Teori mengarah praktik dengan memberikan pernyataa yang dapat memprediksi dan mengendalikan fenomena yang menjadi kepedulian perawat dan memberikan landasan dalam pembuatan keputusan.
Sebaliknya, praktik keperawatan sering memberikan suatu penghayatan tentang fenomena dan mengungkapkan kesenjangan yang terdapat dalam teori. Praktik keperawatan dapat memberikan ide, pengamatan dan substansi, yang diperlukan ilmuan keperawatan untuk merumuskan pernyataan hubungan (relational statement) yang memungkinkan berkembangnya suatu teori baru atau memvaliditasi dari bangunan teori yang sudah ada.
Komponen riset dalam hubungannya dengan teori dan praktik berperan memvaliditasi kemampuan teori untuk menguraikan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan fenomena. Melalui riset perawat dapat menetapkan apakah suatu teori mampu untuk melakukan suatu kegiatan tersebut sehingga bermanfaat dalam membuat keputusan. Hubungan ini bersifat timbal balik, karena riset tidak hannya mempengaruhi pengembangan teori, tetapi teori juga mempengaruhi desain riset dengan menentukan variable yang perlu diteliti tentang masalah tertentu. Selanjutnya, temuan riset yang dihasilkan dikembalikan pada tatanan praktik untuk diintegrasikan dalam prkatik keperawatan, Dapat disimpulkan bahwa hubungan teori praktik-riset yang telah dijelaskan tersebut bersifat timbal balik dan saling
Flowchart: Connector: PRAKTIK  mempengaruhi (lihat gambar 3-1). Untuk lebih jelasnya perliu secara ringkas diuraikan tentang karakteristik dan prioritas riset keperawatan yang di bahas pada bagian IV.

Flowchart: Connector: TEORI Flowchart: Connector: RISET
 





Gambar 3-1. Komponen pengembangan disiplin keperawatan



IV
KARAKTERISTIK DAN PRIORITAS RISET KEPERAWATAN
Krakteristik riset keperawatan menurut Diers dalam Graven & Hirnle (1996), adalah :
1.      Riset keperawatan harus berfokus pada variable yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan pada klien.
2.      Riset keperawatan mempunyai potensi untuk mengkontribusi pada pengembangan teori dan kumpulan/tubuh ilmu pengetahuan keperawatan.
3.      Masalah riset merupakan masalah riset keperawatan apabila perawat mempunyai akses dan kendali terhadap fenomena yang diteliti.
4.      Perawat yang tertarik terhadap penelitian harus mempunyai keingintahuan dan pertanyaan yang perlu dijawab secara ilmiah.

Menurut Garven & Hirnle (1996) prioritas riset keperawatan adalah sebagai berikut :

1.      Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kemampuan untuk merawat diri sendiri bagi tiap kelompok usia, sosial, kultural.
2.      Meminimalkan atau mencegah perilaku dan lingkungan yang menimbulkan masalah kesehatan dan berdampak pada menurunnya kualitas konsep dan produktifi
tas.
3.      Meminimalkan dampak negatif dari teknologi kesehatan yang baru terhadap kemampuan adaptip individu dan keluarga yang sedang mengalami masalah kesehatan akut dan kronik.
4.      Memastikan bahwa asuhan keperawatan yang diperlukan bagi kelompokyang berisiko seperti lanjut usia (lansia), anak-anak dengan masalah kesehatan kongienital (bawaan lahir), individu dengan latar belakang sosial kultural yang berbeda, individu dengan ganguan jiwa, dan masyarakat miskin, dipenuhi dengan cara yang dapat diterima dan efektif.
5.      Mengklasidikasikan fenomena praktik keperawatan.
6.      Memastikan prinsip etik sebagai pegangan dalam melakukan riset keperawatan.
7.      Mengembangkan instrumentuntuk mengukur hasil intevensi keperawatan.
8.      Mengembangkan metodologi yang integratif untuk mengkaji manusia secara holistik dalam konteks keluarga dan gaya hidup.
9.      Mendesain dan mengevaluasi model alternatif pelayanan kesehatan dan sistem pemberian pelayanan kesehatan sehingga perawat mampu meningkatkan mutu dan menghemat biaya yang dike;urakan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
10.  Mengevaluasi keberhasilan pendekatan alternatif yang memerlukan pengetahuan yang luas dan keterampilan yang tinggi dalam praktik keperawatan.
11.  Mengindentifikasi dan menganalisis faktor-faktor historis dan kotemporer yang mempengaruhi bentuk keterlibatan keperawatan profesional dalam mengembangkan kesehatan nasional.



V
METODE RISET KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Metode ilmiah dalam penelitian atau riset keperawatan terdiri dari metode riset kuantitatif dan kualitatif. Pada awalnya dalam dunia keperawatan hanya dikenal metode riset kuantitatif yang bersifat formal, objektif, proses sistematik dengan menggunakan data numerik. Metode riset kuantitatif ini, menurut Burns & Grove (1993) digunakan untuk menguraikan variable, memeriksa hubungan antara variable dan menentukan interaksi sebab dan akibat antara variabel. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa riset kuantitatif melibatkan pengumpulan informasi numerik yang sistematik, biasanya dalam kondisi terkendali dan analisa informasi atau data menggunakan prosedur statistik.
Sedangkan riset kualitatif melibatkan pengumpulan dan analisis data dalam pengumpulan naratif bersifat subjektif menggunakan posedur dengan pengendalian yang ketat. Jika riset kualitatif lebih sering menggunakan pendekatan deduktif, logik, dan ciri pengalaman manusia yang dapat diukur, maka riset kualitatif cenderung menggunakan aspek pengalaman manusia yang dinamik dengan pendekatan yang holistik (Polit & Hungler, 1995). Perbandingan kedua metode riset kuantitatif dab kualitatif di sajikan pa da tabel 5-1.
Tabel 5-1. Peerbandingan antara riset kuantitatif dengan riset kualitatif
Aspek
Riset Kuantitatif
Riset Kualitatif
Fokus
Fokus pada sejumlah kecil dari konsep yang spesfik. Ringkas dan sempit
Mencoba untuk lebih memahami secara menyeluruh suatu fenomena daripada memfokuskan pada konsep spesifik komplek dan luas.
Konsep awal
Mulai dengan ide awal tentang bagaimana suatu konsep saling terikat.
Mempunyai sedikit ide awal; lebih menekankan pada pentingnya penafsiran orang lain tentang suatu kejadian atau lingkungan sekitar daripada penafsiran peneliti.
Metode
Menggunakan prosedur terstruktur dan instrumen formal untuk mengumpulkan data.
Mengumpulkan informasi tanpa instrumen terstruktur dan formal.
Objek versus subjektif
Menekankan pada objektifitas  dalam pengumpulan dan analisis informasi.
Menekankan pada data subjektif sebagai cara untuk memahami dan menafsirkan pengalaman manusia.
Analisis
Menganalisis informasi numerik dengan prosedur statik.
Elemen dasar:  angka
Menganalisi informasi naratif berdasarkan keterampilan individual peneliti.
Elemen dasar : Kata
Penalaran (Reasoning)
Mengunakan logistik dan dedukatif
Menggunakan dealitik dan induktif
Dasar pengetahuan
Meneliti hubungan sebab-akibat.
Meneliti pengertian/pemahaman dan discovery.
Manfaat utama
Terutama untuk uji teori.
Terutama untuk mengembangkan teori.

 Metode riset kuantitatif dan kualitatif berfungsi saling melengkapi karena kedua metode ini menghasilkan jenis pengetahuan yang berbeda dan berguna untuk praktik keperawatan. Empat jenis riset kuantitatif adalah deskriptif, kolerasi, kuansi eksperimen. Sedangkan enam jenis riset kualitatif menurut Burns & Grove ( 1993) adalah fenomenologik (phenomenological), grounded theory, etnografik (ethnographic), historis (historical), filosofis (philosophik iquiry), dan critical sosial theory.
Pengetahuan dan penguasaan tentang tahapan atau langkah proses kegiatan riset sangat diperlukan perawat untuk dapat melakukan riset melalui suatu pengalaman belajar dengan melakukan tiap tahap riset secara sistematis.





IV
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RISET

Proses riset kegiatan dilakukan berdasarkan metodologi riset ilniah dengan muatan substansi ilmu pengetahuan keperawatan, yang terdiri atas tahapan (1) merumuskan masalah dan maksud riset; (2) tinjauan kepustakaan; (3) menyusun kerangka kerja teori/konsep; (4) merumuskan tujuan, pernyataan, dan hipotesa ; (5) menguraikan defenisi variabel riset; (6) membuat asumsi secara eksplisit; (7)mengindentifikasi keterbatasan riset; (8) memilih desain riset; (9) mengindentifikasikan popilasi dan sampel; (10) memilih metoda pengukuran dan menyiapkan instrumen; (11) menyusun rencana pengumpulan dan analisis data; (12) implementasi rencana riset; (13) mengkomunikasikan temuan riset.
Merumuskan masalah dan maksud riset . Masalah riset adalah situasi yang membutuhkan penyelesaian masalah, peningkatan atau perubahan dan perbedaan yang terdapat antara keadaan yang sebenarnya dengan yang seharusnya. Maksud riset diterapkan didalam masalah
Tinjauan kepustakaan. Tinjauaan kepustakaan dilakukan untukmendapatkan gambaran tentang apa yang diketahui mengenai situasi tertentu dan kesenjangan pengetahuan yang terdapat dalam situasi tersebut.
Menyusun kerangka kerja teori/konsep. Kerangka kerja teori/konsep adalah struktur logik dan abstrak yang bermakna dalam menuntun pengembangan studi dan memungkinkan peneliti untuk mengkaitkan temuan dengan tubuh pengetahuan keperawatan.
Merumuskan tujuan, pertanyaan, dan hipotesa. Tujuan, pertanyaan dan hipotesa riset dirumuskan untuk menjembatani kesenjangan antara masalh riset yang dinyatakan secara abstrak dengan maksud dan deseain studi, rencana pengumpulan data serta analisis masalah.
Menguraikan definisi variabel riset. Variabel adalah konsep dari berbagai tingkat keabstrakan yang diukur, dimanipulasi, atau dikendalikan dalam studi. Variabel dioperasionalkan dengan mengindentifikasi defenisi konsepsual dan operasional.
Membuat asumsi secara eksplisit. Asumsi adalah pernyataan yang dianggap benar, walaupun pernyataan ini belum diuji secara ilmiah. Asumsi mempengaruhi logik suatu studi.
Mengindentifikasi keterbatasan riset. Keterbatasan studi  baik yang bersifat teoritis maupun metodologis dapat mengurangi kemampuan untuk menyimpulkan suatu temuan.
Memilih desain riset. Jenis desain riset mengarahkan pemilihan populasi, prosedur pemilihan sampel, metode pengukuran dan rencana pengumpulan dan analisis data.
Mengindentifikasikan populasi dan sampel. Populasi adalah semua elemen yang memenuhi kriteria tertentu. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk studi tertentu dan anggota sampel disebut subjek.
Memilih metode pengukuran dan menyiapkan instrumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka kepada objek, kejadian atau situasi sesuai peraturan/petunjuk. Komponen pengukuran berupa instrumen yang dipilih atau disusun untuk mengkaji variabel tertentu dalam studi.
Menyusun rencana pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data yaitu kegiatan sistematik untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan maksud riset atau tujuan spesifik, pertanyaan atau hipotesa studi. Perencanaan analisis masalah juga mencangkup pemilihan uji statik yang sesuai untuk menganalisis data.
Implementasi rencana riset. Pada riset tertentu implementasi rencana termasuk uji coba instrumen.
Mengkomunikasikan teman riset. Riset dikomunikasikan dengan mendisemisikan laporan riset pada antara lain, masyarakat keperawatan, profesi kesehatan lain atau bahkan jasa pelayanan kesehatan.

VII
MERUMUSKAN MASALAH DAN MAKSUD PENELITIAN

Merumuskan masalah dan maksud penelitian merupakan langkah awal dalam proses penelitian. Seringkali penelitian mengalami masalah untuk mengindentifikasikan suatu masalah. Penelitian tidak mungkin dilakukan tanpa merumuskan masalah terlebih dahulu, oleh karena itu peneliti perlu memahami dan menyatakan dengan jelas dan tepat dengan menggunakan istilah yang sesuai ketika merumuskan masalah dalam proposal penelitian disusunnya.
Menurut Burns dan Grove (1996), masalah penelitian adalah suatu situasi yang membutuhkan solusi, penigkatan dan perubahan atau kesenjangan antara kenyataan dan seharusnya. Slanjutnya subakir (1995) menyatakan bahwa setiap  kejadian, setiap fenomena yang membangkitkan perhatian, menimbulkan pernyataan yang saat ini belum ada jawabannya, atau masih bisa dipertentangkan, dapat merupakan latar belakang masalah penelitian.
Sumber utama penelitian keperawatan menurut Burns dan Grove (1996), meliputi masalah praktik keperawatan, peneliti dan interaksi sejawat, tinjauan literatur, teori .













PERKEMBANGAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan sebagai alat bagi perawata dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada pasien, mengalami beberapa perubahan dalam perkembangannya, yang diawali adanya tindakan keperawatan yang berdasarkan instruksi medis bukan lagi berdasarkan metode ilmiah keperawatan (melelui proses keperawatan).
Dalam perkembangannya terdapat beberapa pendapat dari para ahli di antaranya:
1.      Florance Nigtingale menjelaskan keperawatan merupakan profesi yang dalam melaksanakan beberapa tindakn kepada pasien harus dipisahkan dari medis. Perawat dalam menentukan atau melaksanakan fungsinya sebagai perawat harus mengatur, menyesuaikan lingkungan yang tidak adekuat yang diharapkan membantu klien menjadi baik dalam memenuhi kebutuhannya.
2.      Hall berpendapat proses keperawatan merupakan istilah yang digunakan dalammenentukan permasalahan klien, keluarga dan perawat agar dapat dipecahkan, dimana antara perawatan dan pengobatan terjadi interaksi dalam menentukan masalah klien.
3.      Johnson menjelaskan proses keperawatan merupakan sesuatu dalam mengkaji, mencapai keputusan, melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan untuk memecahkan masalah serta mengevaluasi.
4.      Wiedenbach pada tahun 1963 menjelaskan proses keperawatan sebagai alat untuk memecahkan masalah klien, keluarga. Perawatan dilakukan melalui tiga tahap diantaranya tahap observasi, tahap bantuan pertolongan dan tahap validasi.
5.      Yura H. Dan Walsh pada tahun 1983 denjelaskan dalam melakukan proses keperawatan harus melalui empat tahap yaitu tahap pengkajian, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pendapat ini sama disampaikan pada tahun 1967 dari para ahli di fakultas keperawatan universitas katolik di Amerika.
6.      Knowles pada tahun 1967 menyampaikan proses keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan 5 D’s diantaranya discover (menemukan), delve (mengkaji), decide (memutuskan), do (mengerjakan), dan diskriminate (melakukan pemisahan). Pada tahun yang sama dari Western InterstateCommision On Higher Education (WICHE) membagi proses keperawatan menjadi beberapa tahap diantaranya persepsi, komunikasi, intervensi dan evaluasi.
7.      Orem menyampaikan keperawatan sebagai kegiatan yang dilakukan melalui beberapa pertimbangan dengan mnggunakan beberapa tahapan dalam asuhan keperawatan yaitu menentukan diagnosis dan perintah, menentukan mengapa keperawatan dibutuhkan, menganalisis dan mengintrepasikan  dengan membuat keputusan, merencanakan perawatan, mengusahakan dalm pengturan dan pengontrolan, mengatasi masalah keterbatasan dan mempertahankan dan menjaga kemampuan pasien dalam perawatan diri.
8.      Roy dalam melakukan perawatan sebaiknya menggunakan enam tahapan diantaranya: mengkaji tingkah laku klien, mengkaji faktor yang mempengaruhinya, mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan, melakukan intervensi keperawatan melakukan seleksi, dan melakukan evaluasi. Dalam melakukan keperawatan, Roy menganjurkan adanya penentuan diagnosis keperawatan.
9.      Pada tahun 1982 dari National Council of State Boards of Nursing mengemikakan bahwa proses keperawatan dibagi menjdi lima tahap di antaranya tahap pengkajian, tahap analisis (diagnosis), tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi.



PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI DUNIA
Secara naluri dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia yaitu Adam dan Hawa.Keberadaannya tak pernah dipungkiri.Oleh karena itu perkembnagan keperawatan,temasuk keperawatan yang kita ketahui saat ini,tidak dapaat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembngan sruktur dan kemajuan peradaban manusia.Kepercayaan terhadap animisme ,penyebaran agama-agama besar duniaserta kondisi social ekonomi masyarakat,seperti terjadinya perang,renaissanceserta gearakan reformasi luther  turut mewarnai perkembangan keperawatandi dunia.
  Pada zaman purbakala(primitive cultures) manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai suatu kekuatan spiritual/mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.kepercayaanini disebut animisme. Mereka  menyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu yang besar, gunung-gunung tinggi, pohon-pohon besar , sungai-sungai yang besar, peran perawat tidak berkembang.Mereka lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit yang dialaminya karena dukun dianggap lebih mampu untuk mencari , mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang sakit.
Fenomena ini terlihat pada sejarah bangsa mesir dan cina.Pada masa ini , bangsa Mesir misalnya menyembnah dewa Isis , dewa yang diyakini mampu menyembuhkan penyakit . Demikian pula di Cina . Masyarakat menganggap penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit .Kemajuan peradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama . penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga bedampak positif terhadap perkembangan keperawatan.Pada permulaan masehi,Agama Kristen mulai berkembang .Pada masa ini,keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama Kristen.Kemajuan ini terlihat jelas, pada zaman pemerintahan Lord Constantine.Ia mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan .
Kemajuna profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital .Rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas perawatan berupa bangsal-bangsal perawatan untuk merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai tempat merawat orang cacat ,miskin dan yatim piatu.
Seperti halnya di Eropa,pada pertengahan abad VI masehi,keperawatan juga berkembang di benua asia .tepatnya pada Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan Agama Islam . Pengaruh Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam.Memasuki abad VII Masehi,agama islam tersebar keberbagai pelosok Negara dari Afrika , Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Spanyol dan Turki).Padamasa ini , di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan . Hal ini menyebabkan keperawatan juga mengalami kemajuan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan diri(personal hygiene), kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa ini adalah Rafidah.
Pada permulaan abad XVI, stuktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi pada kekuasaan yaitu perang , eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibatnya banyak gereja dan tempat ibadah yang di tutup, padahal tempat ini digunakan  oleh orde-orde keagamaan untuk merawat orang sakit . Kondisi ini berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan .
Disatu sisi, kenyatan ini berdampak negative. Penutupan gereja dan tempt ibadah menyebebkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya dilakukan oleh orde-orde agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan(wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima bekerja sebagai perawat.Dengan latar belakang inilah kemudian berkembang asumsi negative terhadap perawat dan masyarakat  beranggapan bahwa  wanita terhormat tidak akan bekerja di luar rumah . Akibat reputasi inilah , perawat di upah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk(Taylor.C.,dkk.,1989).
Disisi lain, adanya perang salib berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat.Meraka terdiri atas orde-orde agama,wanita-wanita yang mengikuti suami ke medan perang turut merawat orang sakit jika di perlukan dan tentara(pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulai dikenal konsep P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan), keberadaan perawat mulai di butuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang social.
Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan keperawatan pada masa ini(zaman pertengahan). Pertama, Hotel Dieu di Lion. Meskipun pada awalnya pekerjaaan perawat dilakukan oleh para mantan wanita tuna susila(WTS) yang telah bertobat, rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pebdidikan  keperawatan pada rumah sakititu juga. Menurut beberapa literatul, peraturan-peraturan pada pendidikan keperawatan dirumah sakit ini hamper sama dengan peraturan pendidikan perawat sekarang. Kedua, Hotel Dieu di Paris. Di rumah sakit ini pekerjaan perawat dilakukan ole horde agama. Sesudah revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat oleh agama. Pelopor perawat yang terkenal di rumah sakit ini adalah Genevieve Bouquet. Ketiga, St. Thomas Hospital. Didiran pada tahun 1123 M. Dirumah sakit inilah Florence Nightingale memulai karirnya memperbaharui keperawatan.
Pada pertengahan abad XVII dan memasuki abad XIX reformasi social masyarakat merubah peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai banyak dipercaya orang dan contohnya adalah Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga yang kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dan dengan pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun.
Pecahnya perang Krim(Crimean War), dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menataasuhan keperawatan pada sebuah Rumah sakit Militer di Turki member peluang baginya untuk meraih prestasi (kalish and kalish, 1986, dikutip dari Taylor.C., 1989). Hal ini di sebabkan karena ia berhasil mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menapis anggapan negative terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.



PERKEMBANGAN KEPERAWATAN  DI INGGRIS
            Seusai perang Krim , Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan keperawatan dimana kepeloporan Florence  Ninghtingale diikuti oleh negeri-negeri lain.Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dalam perawatan dimana sekolah-sekolah perawatan mulai bermunculan, misalnya pendidikan perawat di London Hospital meskipun kurikulumnya belum teratur. Pada tahun 1820 perkembangan keperawatan mengalami kemajuan paling pesat berkat Florence mendirikan sekolah perawat modern. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatandi dunia ini.
            Konstibusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengindentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan stadar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhsn pendidikan berlanjut bagi perawat (Dolan, 1978, dikutip dari Taylor,C.1989).



PERKEMBANGAN  KEPERAWATAN DI INDONESIA
            Tidakbanyak literature yang mengungkapkan  perkembangan keperawatan di Indonesia. Seperti hal perkembangan keperawatan  didunia pada umumnya , perkembangan di Indonesia juga dipengaruhi kondisi sosial dan ekonomi yaitu penjajahan pemerintah colonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan di Indonesia, pada hakekatnya di bedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan masa sestelah kemerdekaan yang dibagi atas orde lama dan era orde baru.
            Pada masa pemerintahan colonial belanda perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada rumah sakit Binnen Hospitaldi Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara belanda. Usaha pemerintah kolonial belanda di bidang kesehatan pada masa ini antara lain: membentuk Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda di sebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atau Burgerlijke Gezondherds dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Semarang dan Surabaya, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk kepentingan tentara Belanda.
            Berbeda dengan ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggis Raffles(1812-1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan adalah milik manusia ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Antara lain mengadakan pencacaran umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa  serta memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
            Setelah pemerintah kolonial kembali ketangan belanda, usaha-usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalmi kemajuan. Di Jakarta, tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit.Salah satu diantaranya adalah rumah sakit Stadsverband berlokasi di Glodok Jakarta Barat. Pada tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Saelmba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM).Saat ini RSCM menjadi rumah sakit pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik misionaris katolik dan zending protestan.Misalnya; RS Persatuan gereja Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan berdirinya rumah sakit di atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun 1960 menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
            Kekalah tentara sekutu dan kedatangan jepang (1942-1945) menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan di Inggris sehingga di sebut jaman kegelapan dunia keperawatan di Inggris,maka penjajahan jepang meruapakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat yang pada masa Belanda dan Inggris sudah di kerjakan oleh perawat yang telah di didik, maka pada masa jepang tugas perawat dilakukan oleh mereka yang tidak dididik, untuk menjadi perawat. Demikian pula pimpinan rumah sakit yang sebelumnya orang-orang Belanda kemudian diambil alih oleh orang-orang Jepang. Obat-obatan sangat kurang sehingga wabah penyakit timbul dimana-mana. Demikian bahan-bahan balutan sangat kurang sehingga daun pisang dan pelepah pisang di ganakan sebagai bahan balutan.
            Pembangunan dibidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan balai pengobatan mulai dibangun . Pada tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan. Yaitu sekolah Guru perawatdan Sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan Profesional Mulai didirikan pada tahun 1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat Profesional pemula. Hampir bersamaan dengan ini didirikan Akper milik Depkes di Ujung Pandang , Bandung dan Palembang.Jumlah Akper terus bertambah dn saat ini(Desember 1996), telah berjumlah 227 buah.


Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan

Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai embrio dari Fakultas Ilmnu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh-tokoh keperawatan Indonesia antara lain, Achir Yani S,Hamid,DN.Sc.,mendiang Dra. Christin S Ibrahim,MN,Phd., Tien Gartinah,MN, dan Dewi Irawaty, MA., di bantu beberapa pakar keperawatan dari badan kesehatan Dunia (WHO). Tujuan pendirianya adalah menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat professional. Agar perawat dapat bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan intruksi dokter, tegas Prof.Dr.Asri Rasyat, Dekan fakultas kedokteran Universitas Indonesia, tempat di selenggarakannya PSIK pertama di Indonesia, ketika melantik lulusan PSIK angkatan pertama,1988. Secara konseptual pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan bertujuan menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat professional, memantapkan peran dan fungsi perawat sebagai pendidik,pelaksana, pengelola peneliti dibidang keperawatan serta menghasilkan tenaga keperawatan professional yang dapat mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama iptek dibidang kedokteran.
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan(PSIK)tidak dapat dipisahkan dari peran Konsorsium Ilmu kesehatan(CHS) di samping tokoh-tokoh keperawatan tersebut diatas. Dalam hal ini peran Prof.Dr.Marifin Husein selaku ketua Konsorsium Ilmu kesehatan. Meskipun beliau berprofesi sebagai dokter, beliau sangat gigih membantu pendirian PSIK sebagai cikal bakal Fakultas Ilmu Keperawatan(FIK-UI) yang merupakan institusi pendidikan tinggi keperawatan professional pertama di Indonesia, setingkat sarjana.
Saat ini melalui surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI tahun 1995,PSIK-FKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri menjadi fakultas ilmu keperawatan universitas Indonesia(FIK-UI). Melengkapi Fakultas Ilmu keperawatan – UI, pada Universitas Padjajaran Bandung sejak beberapa tahun lalu didirikan pula program studi ilmu keperawatan.
Sampai sekarang (akhir juli 1997), FIK-UI telah memiliki 46 orang dosen yang terdiri atas S1 sebanyak 30 orang, S2 sebanyak 14  orang dan S3 sebanyak 2 orang. Dan sampai saat ini meluluskan 460 orang sarjana keperawatan. Dalam rangka pengembangan staf edukatif, FIK-UI sedang mengirimkan beberapa staf dosen untuk mengikuti pendidikan program doctoral didalam maupun diluar negri dan beberapa dosen mengikuti pendidikan program magister bidang keperawatan pada Universitas terkenal diluar negeri seperti pada Royal Melbourne Institute of Technology untuk program Critical Care Nursing dan pada The Flinders University of South Australia untuk program Master of Nursing. (Sumber Bagian Akademik FIK-UI,Juli 1997).
Menurut Dra. Junaiti Sahar, Skp, M.App.Sc., Pembantu dekan II FIK-UI, dalam waktu dekat ini akan didirikan enam PSIK baru yaitu pada Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro,Universitas Gajah Mada,Univesitas Hasanudin,Universitas Andalas dan Universitas Sumatera utara. Dngan demikian di Indonesia sampai tahun 2000, diperkirakan terdapat delapan pendidikan tinggi keperawatan setingkat sarjana. Pada tahun 1998, di FIK-UI akan di buka program Magister Keperawatan dan keperawatan dasar (hasil wawancara pertelepon,29 Juli 1997).

Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
            Ketika ada pertanyaan, apakah keperawatan merupakan suatu profesi?, maka salah satu pertimbangan kita untuk menjawab pertanyaan ini adalah meneliti ada atau tidaknya organisasi profesi. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki organisasi profesi yang sangat bermanfaat dalam menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan keperawatan, membuat legislasi dan membahas berbagai fenomena yang terjadi atau berhubungan dengan profesi keperawatan.
            Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkan diri  sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi sosial yangtidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, serta merupakan asosiasi yang bersifat sukarela. Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh diantara anggotanya, peningkatan mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang baik dengan organisasi profesi lain(Internasional Council of Nurse dikutip dari report on The Regulation of Nursing,1985). Dibawah ini diuraikan profil beberapa organisasi keperawatan.
            Internasional Council of Nurse merupakan organisasi profesional  wanita pertama di dunia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 1 Juli 1899 dimotori oleh Mrs.Bedford Fenwick. ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia. Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat dari seluruh dunia, member kesempatan bertemu bagi perawat di selurh dunia untuk membicarakan berbagai masalah tentang keperawatan, menjunjung tinggi peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dank ode etik profesi keperawatan.
            Kode etik keperawatan menurut ICN(1973) menegaskan bahwa keperawatan menjunjung tinggi kehidupan, martabat dan hak asasi manusia. Keperawtan tidak dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama dan status sosial(Taylor.C.,dkk.1989). ICN mengadakan kongres setiap empat tahun sekali.Kongres pertama diadakan di London 1900. Dan kongres terakhir, pada akhir tahun 1996 di adakan di Bandar Sri Begawan,Brunai Darussalam.
            American Nurses Association adalah organisasi profesi perawat (registered nurses) di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari Negara-negara bagian. ANA berperan dalam menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan , serta menampilkan profil keperawatan professional dengan pemberlakuan legislasi keperawatan.
            Canadian Nurses Association adalah asosiasi perawat nasional  (registered nurses) di Kanada. Mempunyai tujuan yang sama dengan ANA yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek keperawatan, dan meningkatkan kesejahteraan perawat. CAN juga berperan aktif peningkatan mutu pendidikan keperawatan, pemberian ijin bagi praktek keperawatan mandiri.
            National League for Nursing(NLN) adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat(pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952. Bertujuan membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
            British Nurses Association adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di Inggris dan berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
            Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah perkumpulan kaum Verpleger Boemibatera(PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati masyarakat berkenan dengan tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit.


KECENDERUNGAN DAN ARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
            Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang termasuk bidang kesehatan, peningkatan status ekonomi masyarakat, peningkatan perhatian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia mengakibatkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat dan melahirkan tuntutan akan pelayanan kesehatan yang berkulitas.
            Seiring dengan fenomena ini terjadi pergeseran-pergeseran serta transformasi dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sifat pelayanan keperawatan mengalami perubahan dari pelayanan facasional yang hanya berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan professional yang berpijak pada pengusaan iptek keperawatan.Juga terjadi fragmentasi / spesialisasi dalam pelayanan keperawatan.
            Fokus peran dan fungsi perawatpun bergeser dari penekanan pada aspek kuratif kepada peran yang lebih berfokus pada prefentif dan promortif tanpa meningkalkan peran kueratif dan rehabilitative. Kenyataan ini merupaka jawaban atas tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas, disamping sebagai konsekuensi terhadap kecenderungan perubahan pola penyakit infeksi kepada penyakit degenerative.
            Kondisi rill ini menuntu upaya kongkrit yang optimal dalam memantapkan profesi keperawatan. Upaya dimaksud adalah profesionalisasi keperawatan. Profesionalisasi adalah suatu proses dimana suatu pekerjaan dihadapkan pada suatu control khsusu yang disebut profesi(Aydenolotte,1988 dalam Chaska,1990 dikutip dari Yeni Rustina,1996). Proses ini meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan. Selain itu diperlukan upaya antisipasi organisasi profesi menyongsong era globalisasi.

Pengembangan dan Penataan Pendidikan Keperawatan
            Sehubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang professional. Adanya pergeseran system pelayanan dan pendidikaan keperawatan serta usaha memantapkan keperawatan sebagai profesi, maka pembenahan system pendidikan keperawatan mutlak dilakukan. Perawat yang bermutu dengan kemampuan professional diharapkan mampu bersaingdalam skla nasinal maupun internasional.
            Oleh karena itu, pengembangan pendidikan keperawatanprofesional dengan landasan yang kokoh perlu memperhatikan wawasan keilmuan, orientasi pendidikan serta kerangka konsep pendidikan. Pengembangan pendidikan terutama berpedoman pada kebijakan pendidikan tinggi, khususnya UU No. 2 tahun 1989 dan PP No. 30  tahun 1990 serta undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992. Pegembangan pendidikan keperawatan professional diselengarakan dalam berbagai jenjang dan jenis sesuai kebutuhan masyarakat (Pokja Keperawatan Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1994)
·         Wawasan keilmuan
Ilmu keperawatan sebagai bagian integral ilmu kesehatan mencakupilmu biomedik, imu sosial, ilmu perilaku, ilmu keperawatan dasar dan ilmu keperawatan klinik. Wawasan ilmu keperawatan meliputi ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, bentuk upaya pemenuhan tersebut dengan memanfaatkan berbagai sumber yang tersedia. Objek studi ilmu keperawatan adalah penyimpangan tidak terpenuhinya kebutuhan bio-psiko-sosiokultural-spiritual sepanjang siklus hidup manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat masyarakat.
·         Orientasi pendidikan
Pendidikan keperawatan berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berarti kurikulum pendidikan dan pengalaman belajar diupayakan dengan mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan pengusaan iptek.
·         Kerangka konsep
Sebagai pendidikan professional, pendidikan keperawatan harus dilandasi dengan kerangka konsep yang kokoh yang memiliki karakteristik pendidikan akademik-profesional yaitu pengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, penyelesaian masalah secara ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku professional, belajar aktif mandiri serta pendidikan dilingkungan masyarakat.


Kecenderungan Perkembangan Pelayanan Keperawatan
Tuntutan akan pelayanan keperawatan yang bermutu memberikan dampak pada sistem pelayanan keperawatan. Oleh karena itu terjadi pergeseran dalam pelayanan keperawatan.
Pertama, perubahan sifat pelayanan dari facosional menjadi professional. Dalam hal ini terjadi pergeseran orientasi pelayanan keperawatan dari pelayanan yang hanya didasarkan keterampilan semata menjadi pelayanan yang didasari ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
Kedua, terjadi pergeseran fokus asuhan keperawatan dari peran kuratif yang didominasi dokter menjadi peran preventif dan promotif yang mandiri tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitasi. Hal ini sejalan dengan kecenderungan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit degeratif.
Ketiga, Kecenderungan terjadi fragmentasi pelayanan keperawatan. Fragmentasi atau spesialisasi pelayanan keperawatan berkembang menjadi bidang pelayanan keperawatan medikal bedah, keperawatan anak, keperawatan kebidanan, keperawatan jiwa, keperawatan komunitas dan keperawatan usia lanjut.
Untuk itu diperluka metodologi dalam pemberian asuhan keperawatan agar pelayanan keperawatan efesien, efektif serta berkualitas. Metode ini adalah proses keperawatan sebagai bentuk pendekatan ilmiah yang terdiri dari pengkajian,diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
Disamping itu pelayanan keperawatann harus dilandasi penguasaan iptek serta kiat keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan dengan berorientasi pada wawasan ilmu keperawatan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia dibidang keperawatan yang berkualitas.


Peran Organisasi Profesi
      Organisasi profesi dimaksud adalah PPNI. Sebagai organisasi profesi PPNI berperan dalam pembinaan anggota profesi, pengembangan iptek keperawatan serta menjamin pelayanan keperawatan berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pendirian PPNI adalah menciptakan persatuan dan kesatuan sesame perawat, peningkatan kulitas dan kesejahteran perawat serta menjalin kerjasama dengan profesi lain.

Peran PPNI sebagai organisasi profesi keperawatan
      Pertama, peran pembinaan anggota profesi. Preran ini dilakukan dengan cara menentukan kualifikasi anggota, menetapkan legislasi dan kode etik, serta mengembangkan karir dan kesejahteraan anggota(Kelly,1981). Kualifikasi anggota profesi didasarkan pada keahlian, otonomi dan komitmen terhadap profesi serta tanggungjawab terhadap masyarakat(Strause, 1963). Legislasi adalah suatu ketetapan atau ketentuan hokum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan(Licberman, 1970).
Legislasi berperan sebagai dasar hokum untuk melindungi masyrakat dan anggota profesi dari praktek keperawatan yang tidak berkualitas. Sedangkan kode etik berperan sebagai pedoman tentang baik buruknya suatu tindakan yang berhubungan dengan praktek.
Pengembangan karir merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan sesuai dengan prestai kerja. Kesejahteraan anggota berupa imbalan jasa yang proposional, lingkungan kerja yang kondusif serta adanya peluang untuk mengembangkan diri.
Kedua, peran dalam mengembangkan iptek keperawatan. Peran ini dilakukan melalui penelitian yang meningkatkan profesionalisme keperawatan.
Ketiga, peran dalam menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Peran ini meliputi perumusan standar, registrasi dan pemberian lisensi bagi profesi. Standar dalam pelayanan merupakan peraturan yang menjadi patokan boleh tidaknya dilakukan praktek. Sedangkan standar dalam pendidikan berguna sebagai alat akreditasi mutu pendidikan. Registrasi merupakan pencacatan secara resmi nama seseorang berdasarkan  hasil penelitian dari aspek  profesi dan hokum yang memungkinkannya melakukan praktek keprofesian yang dilakukan oleh anggota profesi setelah memperoleh sertifikasi tentang kemampuan dan keahliannya. Sedangkan lisensi adalah pemberian ijin resmi untuk melakukan praktek bagi seseorang yang telah terdaftar sebagai anggota profesi.

 Masalah yang dihadapi oleh PPNI
Selain masalah pelayanan dan pendidikan keperawatan seperti yang telah diurain diatas,terdapat beberapa masalah lain yang tak kalah pentingnya yang dihadapi oleh PPNI. Pertama, rendahnya penguasaan iptek keperawatan karena kemampuan dan kualitas tenaga keperawatan masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh beregamnya latar belakang pendidikan perawat serta belum ada kualifikasi tenaga keperawatan yang secara jelas terutama dari segi peran dan fungsi perawat.
Akibatnya, tidak sedikit perawat yang memiliki persepsi dan pola piker yang berbeda tentang berbagai fenomena dalam profesi keperawatan termasuk pentingnya pengusaan iptek keperawatan. Lebih jauh kondisi membuat sebagian perawat enggan berbenah diri dan bahkan cenderung menolak perubahan.Kedua, belum diberlakukannya legislasi, registrasi dan lisensi serta praktek mandiri dalam keperawatan.
Ketiga, adanya fenomena nurses migration karena faktor ekonomi dan sosial serta implikasi dari iklim perdagangan bebas. Migrasi perawat dapat terjadi tiga bentuk yaitu perpindahan perawat dari suatu rumah sakit ke rumah sakit lain didalam negeri. Pengiriman perawa Indonesia bekerja diluar negeri serta masuknya perawat asing di Indonesia.

Antisipasi PPNI menyongsong era globalisasi
Antisipasi PPNI dalam rangka memenuhi tuntutan masyrakat akan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan membenahi berbagai fenomena diatas adalah dengan melakukan berbagai upaya antara lain:
Pertama, membenahi system pendidikan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat(community oriented nursing education serta pelayanan kesehatan utama dengan landasan yang kokoh yang meliputi wawasan keilmuan, orientasi pendidikan dan kerangka  konsep pendidikan keperawatan professional yang berfokus pada pengusaan iptek keperawatan.
Kedua, membenahi system pelayanan keperawatan. Upaya ini dapat dilakukan selalu berusaha memberikan asuhan keperawatan yang professional  yaitu dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam rangka menopang keterlaksanaan asuhan keperawatan professional diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu diperlukan pengembangan kemampuan tenaga keperawatan secara kualitatif dan kuantitatif.
Ketiga, membenahi kinerja PPNI. Dalam hal ini sangat mendesak untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya. Mengantisipasi era globalisasi, PPNI bertanggungjawab terhadap kemajuan dan eksitensi profesi keperawatan yaitu terselenggaranya pendidikan atau pelayanan keperawatan yang berkualitas serta memperhatikan kesejahteraan anggota organisasi profesi.
Oleh karena itu perlu realisasikan pemberlakuan standar pelayanan profesi  dan pendidikan keperawatan, legislasi, registrasi, dan lisensi bagi anggota profesi serta mewujudkan praktek keperawatan mandiri. Hal ini sangat penting artinya dalam menyongsong era globalisasi terutama dalam mengantisipasi fenomena nurses migration.



           





           



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar