Rabu, 18 Mei 2011

Keluarga Berencana

Definisi
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun  menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.  Kontrasepsi dapat reversible (kembali)  atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal  seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%.
Gambar 1. Metode Kontrasepsi
Bermacam-macam metode kontrasepsi
Seorang wanita dapat tetap menjadi hamil bila :
  • Melakukan coitus interuptus
  • Menyusui
  • Saat pertama kali berhubungan seksual
  • Bila wanita tidak orgasme
  • Memakai douches (memasukkan cairan kimia atau spermisida ke dalam vagina)
  • Posisi apapun dalam berhubungan seks
Kontrasepsi untuk wanita usia lanjut
Semakin bertambah usia maka terdapat perubahan dari periode menstruasi. Ketika darah haid akhirnya berhenti, maka seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun juga, kontrasepsi sebaiknya digunakan sampai wanita tidak mendapatkan menstruasi atau darah haid selama 2 tahun jika usia kurang dari 50 tahun atau 1 tahun jika usia lebih dari 50 tahun.
Metode kontrasepsi terdiri dari :
  1. Kontrasepsi hormonal
  2. Kontrasepsi oral kombinasiKontrasepsi oral progestinKontrasepsi suntikan progestinKontrasepsi suntikan  estrogen-progesteronImplant progestinKontrasepsi Patch
  3. Kontrasepsi barrier (penghalang)
    • Kondom (pria dan wanita)
    • Diafragma dan cervical cap
  1. Spermisida
  2. IUD (spiral)
  3. Perencanaan keluarga alami
  4. Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
  5. Metode amenorea menyusui
  6. Kontrasepsi darurat
    • Kontrasepsi darurat hormonal
    • Kontrasepsi darurat IUD
  1. Sterilisasi
    • Vasektomi
    • Ligasi tuba
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan estrogen.
  • Kontrasepsi oral kombinasi (pil) --> mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia, dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya 3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum, maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB. Obat anti-kejang (fenitoin dan fenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
Beberapa kondisi dimana kontrasepsi oral kombinasi tidak boleh diigunakan pada wanita dengan :
  • menyusui atau kurang dari 6 minggu setelah melahirkan
  • usia >35 tahun dan merokok 15 batang sehari
  • faktor risiko multipel untuk penyakit jantung (usia tua, merokok, diabetes, hipertensi)
  • tekanan darah sistolik ≥ 160 atau TD diastolik ≥ 100 mmHg
  • riwayat trombosis vena dalam atau emboli paru
  • operasi besar dengan istirahat lama di tempat tidur
  • riwayat sakit jantung iskemik
  • stroke
  • penyakit jantung katup komplikasi
  • migrain dengan gejala neurologi fokal (dengan aura)
  • migrain tanpa gejala neurologi fokal dan usia = 35 tahun
  • riwayat kanker payudara
  • diabetes dengan nefropati, retinopati, neuropati, penyakit vaskular, atau diabetes > 20 tahun
  • sirosis berat
  • kanker hati
  1. Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 0,1 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
  2. Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan kulit dengan jerawat sedang
  3. Kerugian     : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS), harus diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter
  4. Efek samping lokal  : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit kepala
Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan tekanan darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi dihentikan), bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35 tahun)
  1. Pengembalian kesuburan : ketika dihentikan maka kesuburan akan kembali seperti semula. Kesuburan ini bervariasi, dalam waktu 3-12 bulan setelah dihentikan maka tidak ada perbedaan kesuburan antara wanita yang memakai kontrasepsi oral dan yang tidak
  •   Kontrasepsi oral progestin (pil) --> mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Keefektifan berkurang bila pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya. Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi karena pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.
  1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 0,5 – 5 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
  2. Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil), menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat digunakan pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya kanker endometrium, tidak memiliki efek samping yang berkaitan dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai)
  3. Kerugian  : harus diminum di waktu yang sama setiap hari, kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan resep dokter
  4. Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan, angka kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi
  5. Pengembalian kesuburan cepat ketika pil dihentikan
  • Kontrasepsi suntikan progestin --> mencegah kehamilan dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun kontrasepsi ini menggunakan  suntikan intramuskular (dalam otot <bokong atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg yang diberikan setiap 3 bulan.
  1. Efektivitas           : kehamilan terjadi pada 0,3 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
  2. Keuntungan     : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,
  3. Kerugian      : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan secara teratur, tidak melindungi dari PMS,
  4. Efek samping  lokal          : peningkatan berat badan, rambut rontok
Efek samping     : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
  1. Pengembalian kesuburan 5-7 bulan setelah penghentian suntikan
Efek samping     : tulang menjadi keropos, kelainan metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan amenorea ( 1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun
             - Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron --> suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.
 
                                    Gambar 2. Kontrasepsi Suntikan dan Pil
             - Implant progestin --> kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang mengandung 36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan dan efektif selama 5-7 tahun.
a. Efektivitas   : kehamilan terjadi pada 0,05 per 100 wanita pada 1 tahun  penggunaan pertama
b.  Keuntungan  : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu lama
c.  Kerugian      : membutuhkan prosedur  operasi kecil untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS
d.  Efek samping lokal  : sakit kepala, payudara menjadi keras, peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat, perubahan mood
Efek samping     :  gangguan metabolisme lemak, hirsutisme, gangguan  menstruasi (memanjang, tidak teratur)
e. Kesuburan baru kembali 1 bulan setelah kapsul diambil
  • Kontrasepsi Patch --> patch ini didesain untuk melepaskan 20µg ethinyl estradiol dan 150 µg norelgestromin. Mencegah kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil). Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk siklus menstruasi.
Gambar 3. Kontrasepsi Patch
1.      Kontrasepsi Barrier (penghalang)
  • Kondom (pria dan wanita) à metode yang mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.
Cara pemakaian kondom :
  • Gunakan kondom seiap kali berhubungan seksual
  • Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam)
  • Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan
  • Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom
  • Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas tambahan)
  • Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks)
  • Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah terlepasnya kondom, keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi
a. Efktivitas : kehamilan terjadi pada 3-14 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b.  Keuntungan  : dapat digunakan selama menyusui, satu-satunya kontrasepsi yang mencegah PMS, infeksi GO, klamidia
c.    Kerugian  : kegagalan tinggi bila tidak digunakan dengan benar, alergi lateks pada orang yang sensitif
                                               Gambar 4 : Kontrasepsi Kondom
  • Diafragma dan cervical cap --> kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam.
a.Efektivitas : kehamilan terjadi pada 6-40 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b.   Keuntungan : dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko gangguan kesehatan, melindungi dari PMS
c.   Kerugian  : angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan
                                  Gambar 5. Kontrasepsi Diafragma dan Cervical Cap
2.      Spermisida
Agen yang menghancurkan membran sel sperma dan menurunkan motilitas (pergerakan sperma). Tipe spermisida mencakup foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual. Terutama mengandung nonoxynol 9
a. Efektivitas  : kehamilan terjadi pada 6-26 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
b.  Keuntungan : tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas, dapat mencegah PMS bakterial
c.   Kerugian : angka kegagalan tinggi, dapat meningkatkan transmisi virus HIV, hanya efektif  1-2 jam
3.      IUD (spiral)
Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat.  IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus.  Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
  • Kehamilan
  • Sepsis
  • Aborsi postseptik dalam waktu dekat
  • Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
  • Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
  • Penyakit tropoblastik ganas
  • Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker endometrium
  • Penyakit radang panggul
  • PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
  • TBC panggul
  1. Efektivitas           : kehamilan terjadi pada 0,3-0,8 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
  2. Keuntungan       : sangat efektif, bekerja cepat setelah dimasukkan ke dalam rahim. Bekerja dalam jangka waktu lama
  3. Kerugian              : risiko infeksi panggul, dismenorea (nyeri saat haid), menoragia pada bulan-bulan pertama, peningkatan risiko perforasi (robek)  rahim, risiko kehamilan ektopik, IUD dapat lepas dengan sendirinya
  4. Efek samping     : nyeri, perdarahan, peningkatan jumlah darah menstruasi
  5. Pengembalian kesuburan cepat setelah dilepaskan
Gambar 6. Kontrasepsi IUD (spiral)
4.      Metode Ritmik
Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.
  1. Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang -  11)
Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 – 18) dan (29 – 11) yang berarti hubunan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.
  1. Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti.
  2. Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1° Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.
  1. Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
  2. Keuntungan  : tidak ada efek samping gangguan kesehatan,ekonomis
  3. Kerugian              : angka kegagalan tinggi,  tidak melindungi dari PMS, menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur
5.  Penarikan penis sebelum terjadinya ejakulasi
Disebut juga coitus interruptus. Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika mengalami orgasme).
Metode ini kurang dapat diandalkan karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat.
6.  Metode amenorea menyusui 
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya diberikan 5-10% dari total.
Efektivitas           : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada 6 bulan setelah melahirkan, 6 per 100 wanita setelah 6-12 bulan setelah melahirkan
Keuntungan       : pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan, tidak mengganggu kesehatan, ekonomis, merangsang seorang wanita untuk menyusui
Kerugian              : tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi dari PMS
7.      Kontrasepsi darurat
  • Kontrasepsi darurat hormonal à estrogen dosis tinggi atau progestin diberikan dalam waktu 72 jam setelah senggama tidak terproteksi, dengan cara kerja mencegah ovulasi dan menyebabkan perubahan di endometrium. 4 pil kombinasi yang mengandung 30-35μg ethinyl estradiol, diulangi 12 jam kemudian. 2 pil kombinasi mengandung 50μg levonorgestrel, diulangi 12 jam kemudian. Tidak boleh digunakan pada wanita yang alergi kontrasepsi pil hormonal. Tidak boleh digunakan sebagai kontrasepsi rutin.
  1. Efektivitas         : kehamilan terjadi pada 2 per 100 wanita pada bila digunakan dalam waktu 72 jam
  2. Keuntungan     : sangat efektif untuk situasi darurat
  3. Kerugian            : mual hebat dan perdarahan
  • Kontrasepsi darurat IUD à dimasukkan 5 hari setelah senggama tidak terproteksi untuk mengganggu implantasi, kehamilan terjadi kurang dari 1 per 100 wanita bila dimasukkan dalam waktu 5 hari
8.      Sterilisasi
Vasektomi dan sterilisasi tuba adalah metode kontrasepsi permanen dan hanya dilakukan pada pria maupun wanita yang sudah diberikan penjelasan mengenai metode ini dan berkeinginan untuk secara permanen mencegah kehamilan. Beberapa metode sterilisasi ada yang bersifat reversibel tergantung dari panjang saluran tuba, usia wanita, dan jangka waktu antara sterilisasi dan pengembalian kesuburan. Sterilisasi pada pria dilakukan melalui vasektomi, sedangkan pada wanita dilakukan prosedur ligasi tuba (pengikatan saluran tuba). Vasektomi sendiri dilakukan dengan bius lokal sedangkan ligasi tuba menggunakan prosedur intraabdominal. Konseling sebelum melakukan prosedur ini sangat diperlukan. Bukan hanya konseling mengenai risiko ataupun keuntungan operasi, namun juga kemungkinan menyesali keputusan ini di masa depan nanti.
  • Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis).
    Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit.
    Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi.
    Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.
    Komplikasi dari vasektomi adalah:
    - Perdarahan
    - Respon peradangan terhadap sperma yang merembes
    - Pembukaan spontan
  • Ligasi tuba adalah pemotongan dan pengikatan atau penyumbatan tuba falopii (saluran telur dari ovarium ke rahim).
    Pada ligasi tuba dibuat sayatan pada perut dan dilakukan pembiusan total.
    Ligasi tuba bisa dilakukan segera setelah melahirkan atau dijadwalkan di kemudian hari. 
Sterilisasi pada wanita seringkali dilakukan melalui laparoskopi. Selain pemotongan dan pengikatan, bisa juga dilakukan kauterisasi (pemakaian arus listrik) untuk menutup saluran tuba.
Untuk menyumbat tuba bisa digunakan pita plastik dan klip berpegas.   Pada penyumbatan tuba, kesuburan akan lebih mudah kembali karena lebih sedikit terjadi kerusakan jaringan.
Teknik sterilisasi lainnya yang kadang digunakan pada wanita adalah histerektomi (pengangkatan rahim) dan ooforektomi (pengangkatan ovarium/indung telur).

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) KELUARGA BERENCANA

Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana berhubungan dengan kurang informasi

Pokok bahasan : Keluarga berencana
Sasaran : Masyarakat 20 orang
Waktu : 1 x 30 menit
Pertemuan ke- : 1
Tanggal : 30 Desember 2009
Tempat : Balai warga Desa Tambak Rt 01/ Rw II

Peelaksana Penyuluhan: Puspo Widianoto

I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, di harapkan masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang keluarga berencana..


II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 1x 30 menti, di harapkan peserta mampu :
a. Menjelaskan kembali pengertian KB
b. Menjelaskan kembali 3 dari 4 macam-macam KB
c. Menjelaskan kembali 5 dari 7 Pertimbangan Dalam memilih KB
d. Menjelaskan kembali 3 dari 4 manfaat KB
e. Menjelaskan kembali 3 dari 5 tempat pelayanan KB

III. Pokok Materi
a. Pengertian KB
b. Macam macam KB
c. Pertimbangan dalam memilih KB
d. Manfaat KB
e. Tempat pelayanan KB

IV. Kegiatan belajar Mengajar

Metode : Ceramah, diskusi, dan Tanya Jawab

Strategi Pelaksanaan

JAM/WAKTU TAHAP RESPON
5 menit Orientasi
 Memberi salam
 Mengingatkan kontrak
 Menjelaskan maksud dan tujuan
 Menanyakan kesediaan
 Apersepsi

10 menit Kerja
 Menjelaskan pengertian KB
 Menjelaskan Macam macam KB
 Menjelaskan pertimbangan dalam memilih KB
 Menjelaskan Manfaat KB
 Menjelaskan Tempat pelayanan KB

5 menit Terminasi
 Melakukan evaluasi
 Memberikan reward
 Memberi salam penutup

V. Media dan sumber
Leaflet dan lembar balik, LCD (Power Point)

VI. Evaluasi
a. Persiapan :
1) Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
2) Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
3) Undangan untuk peserta didik sudah disampaikan 3 hari sebelum penkes
4) Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
5) SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes

b. Proses :
1) 80% peserta didik datang tepat waktu
2) Peserta didik memperhatikan penjelasan perawat
3) Peserta didik aktif bertanya atau memberikan pendapat
4) Media dapat digunakan secara efektif

c. Hasil :
1) Menjelaskan kembali pengertian KB
2) Menjelaskan kembali 3 dari 4 macam macam KB
3) Menjelaskan kembali 5 dari 7 pertimbangan dalam memilih KB
4) Menjelaskan kembali 3 dari 4 Manfaat KB
5) Menjelaskan kembali 3 dari 5 Tempat pelayanan KB


VII. Lampiran

Materi

Pengertian KB

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak
KB Artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan ingin hamil.

Macam macam KB
Dalam memilih kontrasepsi apa yang akan cocok untuk anda, sebaiknya anda mengetahui keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, dan berdiskusilah dengan pasangan anda karena yang terpenting adalah anda dan pasangan merasa aman dan nyaman dengan pilihan kontrasepsi anda berdua.
Bila anda masih ragu jangan pernah malu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter anda untuk memilih jenis metode kontrasepsi apa yang terbaik untuk anda.
Ada beberapa metode kontrasepsi atau KB yang tersedia. Untuk memilih apa kontrasepsi atau KB yang cocok untuk anda, sebaiknya anda mengetahui kebaikan dan kekurangan dari metode KB ini.
1. Kondom,
bekerja dengan mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Penggunaan kondom akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan spermatisida (senyawa kimia terdapat dalam bentuk jeli, tablet vagina, kream, busa vaginal yang berfungsi membunuh sperma).Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom dengan cara benar, gunakanlah saat ereksi dan lepaskan pada saat ejakulasi.

Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.
Efek samping dari kondom adalah bila terdapat alergi terhadap karet kondom.
Keuntungan dari kondom dapat dibeli secara bebas di apotek-apotek, mudah digunakan dan kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin.

2. Pil
Keuntungan pil tetap membuat menstruasi yang teratur, mengurangi kram atu sakit saat menstruasi dan penelitian terakhir menyatakan pemakaian pil kb dapat mencegah terjadinya kanker rahim. Kesuburan juga dapat kembali pulih dengan menghentikan pemakaian pil ini saja. Pil termasuk metode yang efektif saat ini, bekerja dengan mencegah pelepasan sel telur. Pil mempunyai efektifitas yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur. Tentu saja ada sedikit efek samping dari pil ini yaitu kenaikan atau penurunan berat badan, payudara terasa kencang, mual, muntah, depresi. Dalam pemakaian Pil diperlukan komitmen dari wanita untuk dapat memakai secara teratur dan tepat.

3. Suntik
Suntikan dan implant/susuk mempunyai cara kerja seperti pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali (depo Provera) keuntungannya mengurangi resiko lupa minum pil dan keamanan selama 3 bulan.
Efek samping yang diberikan , menstruasi yang tidak teratur dan peningkatan berat badan serta pemulihan kesuburan agak terlambat.

4.Susuk
Implant/susuk dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit di bagian tangan yang dilakukan oleh dokter anda, dan hormon yang terdapat dalam tabung akan terlepas sedikit–sedikit untuk mencegah kehamilan. Keuntungannya tidak harus minum pil atau suntikan, dan proses memasukkan tabung ini 1 X dan untuk 2-5 tahun. Dan bila anda ingin berencana hamil kembali hanya melepas implant ini kembali.Efek samping yang ditimbulkan seperti menstruasi yang tidak teratur dan peningkatan berat badan.

PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH KB
1. Keamanan
2. Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
3. Efektifitas
4. Efek samping
5. Pengaruh pada kepuasan seksual
6. Ketersediaan
7. Biaya

Mnfaat KB
1. Mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak
2. Mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan ingin hamil.
3. Mencegah resiko kematian pada kehamilan , persalinan, dan pengguguran yang taka man.
4. Mencegah munculnya akibat kehamilan terlalu dini/ telat
5. Mencegah penyakit menular

Tempat tempat pelayanan KB
1. Rumah sakit pemerintah atau swasta
2. PUSKESMAS
3. Apotik
4. Tempat praktk dokter swasta/ Bidan
5. Toko Obat

Sabtu, 14 Mei 2011

ASKEP DIABETES MELLITUS



A. Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi/Pathways
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
E. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
H. Pengkajian
ü Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
ü Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
ü Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
ü Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
ü Integritas Ego
Stress, ansietas
ü Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
ü Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
ü Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
ü Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
ü Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
ü Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
I. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
J. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Ø Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Ø Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Ø Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Ø Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
Ø Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Ø Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolitdengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
Ø Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Ø Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Ø Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Ø Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Ø Kolaborasi dengan ahli diet.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Ø Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Ø Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Ø Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Ø Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Ø Pantau masukan dan pengeluaran
Ø Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
Ø Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Ø Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Ø Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Ø Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Ø Kaji tanda vital
Ø Kaji adanya nyeri
Ø Lakukan perawatan luka
Ø Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Ø Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
Ø Hindarkan lantai yang licin.
Ø Gunakan bed yang rendah.
Ø Orientasikan klien dengan ruangan.
Ø Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Ø Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi


DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002